Sabtu, 26 Februari 2011

SRABAH - TULUNGAGUNG

time is memory with my friends COPAWA

Bagus khan......?
Tempat dolan deket-deket dari sekolah kami, tetapi sangat puas bisa seru-seruan with Copawa di Srabah.
Kami bersekolah di SMAN 1 Gondang Tulungagung, yaaa nggak begitu jauh dengan Srabah yang berada di Desa Karanganom, Kec. Kauman, Kab. Tulungagung.
Hanya butuh waktu 10 menit untuk nyampek lokasi, hanya 17 km dari sekolah kami.
Nuansa alami......Pemandangan yang asri.....Fasilitas yang tak kalah dengan tempat wisata ternama dikota besar.
Selain wahana bermain ada juga fasilitas yang banyak disediakan oleh pihak pengelola Srabah. Hotel, Resort, Gedung serbaguna, lapangan tennis, kolam renang, Lapangan berpasir, panggung gembira, dan masih banyak lagi.
Dalam foto : iRian, Komaril, Pj, Icha, Memet, Lely, Dyah, Chender, Lyna, Mendes, Ella, Amel, Chem, Agus.

Love U all Copawa
miss U

KELUD KEDIRI

teman COPAWA SMA 1 GONDANG TULUNGAGUNG.

2010

Perencanaan, Persiapan, Pemberangkatan, Pemandangan yang ASOIIIIIII.
Bersama teman-teman dolan ke gunung Kelud, sangat mengasyikkan, mulai dari susah, senang sendu, BT, capek. Tapi seneng- seneng banget.

Makasih teman-teman -_-
Di foto : Endik, Jonet, Komaril, PJ, Agus, Rian, Yoyo, Bebek, Ela, Mendes, Asegaf, Angger, Lina, Zizi, Maria, Chem, Chempak, Winda.

Senin, 21 Juni 2010

DOLAN NDEK NDOLO


Apakah kaw merasakan hal yg sama dg apa yg Q rasakan? ??
 
 
Kini sang mentari muncul dengan semburat cahaya kehangatannya.
Menambah semangat kami untuk melakukan aktivitas dipagi hari.
Kamipun tersenyum, alhamdulillah masih diberi kesempatan untuk melihat dunia.
COPAWA, punya acara melancong ke Ndolo.


 :)                    :)                      :)                   :)                   :)                     :)                     :)
^_^                -_-                  ^_^                 -_-                ^_^                   -_-                  ^_^


Apa itu Ndolo?

Tempat apa Ndolo itu?
Kalian pasti penasaran……

Ini dia NDOLO......
Air terjun... berada di Jl. Besuki.... Kediri.
Apik towwwww.
Adem banget, seru, nyaman, cocok untuk ngilangin segala macem uneg-uneg dala hati.

 Untuk menuju Air Terjun Ndolo, kita harus menaik, turuni tangga yang panjangnya minta ampyun.
Tapi, nggak bakalan capek dan panas kok. Tenang aja, sekeliling kita dikerumuni hutan,
dan suara-suara serangga yang menyambut kedatangan kami.
Semangat '45 kami kobarkan untuk mencapai lokasi air terjun...... Huft.
Semangat..... Semangat.....


           Basah-basahan........
mandi di gerojogan Air terjun.......
Bagi siapa saja yang datang ke Ndolo jangan lupa untuk menyempatkan, cuci muka dengan air terjunnya dan TERIAK SEKERAS-KERASNYA.    AAAAAAAAAAAAAAAA.....aaaaaaaaaa......
PUAS, hilang dan berkurang segala problem dalam diri. Sekiranya kita dapat merasakan kedamaian dan kesejukan dala hati. -_-

         Djan KONYOL........................................
Lilin kecil sinarmu pancrkan harapan Jangan kau hilang, Jangan kau pergi Temani aku yg sedh dan sepi

Air mata jatuh bsahi pelangi Pupus warnamu di masa yg indah Menepilah cinta Saat tak ingnku berksh. . . .ih

Tak kan teringkari Masa ini kan ku lalui Tak akan pernah sesali Menghntikan langkah"ku
Menghentikan langkah"ku
LAGI. . . .
Berjuta rintangan ku hdapi Merah putih ku tatap Masa remaja Masa yg indah Penuh cinta, Penuh janji

 Dalam foto : Ifa, Rian, Pj, Chem, Oksi, Ella, Lina,
Amel, Koko, Leli
:p   :p   :p

LOVE U FRIENDS....... I MISS YOU FRIENDS..........

Butuh Pengorbanan

    Bicara tentang cinta, sulit untuk mendefinisikan arti cinta. Setiap orang memiliki pendapat yang berbeda-beda tentang apa arti cinta itu. Bagaimana pendapatmu tentang, apa itu cinta? Apakah cinta butuh suatu pengorbanan?
    Entahlah bagaimana aku harus menilai cinta. Hanya dapat kumenghayati makna dari cinta. Haruskahku selalu menengah dan mengalah untuk tetap bisa bersamanya. Haruskah aku bungkam sedang dia tak lagi pedulikanku. Haruskahku terima ketika rasa perih itu telah sampai dalam relungku. Melawan antara hati dan egoku, semakin ku menggebu semakin kau menyingkir. Membiarkanku menyaksikan sebuah kenyataan,  menelan setiap pil pahit yang meracuni setiap hari-hariku. Ku tak pernah bisa membencinya, tak pernah tega menyakitinya, dan tal inginkan dia terluka. Tetapi apakah semua pengorbanan ini tak terbesit sedikitpun dimatanya.
    Apakah mungkin, aku rela melepasnya dan berhenti mencintainya. Bukan karena dia berhenti mencintai aku. Bukan karena aku tak mencintainya lagi. Melainkan aku menyadari dia akan bahagia bila aku merelakannya pergi dan berhenti mencintainya.
    Apabila cinta memanggilmu, ikutilah dia, walaupun jalannya terjal berliku-liku. Dan apabila sayapnya merangkumu, pasrahlah serta menyerahlah, walau pedang tersembunyi disela sayap itu melukaimu. Dan jika dia bicara kepadamu, percayalah, walau ucapannya membuyarkan mimpimu, bagai angin utara mengobrak-abrik taman. Cinta tak memberikan apapun, kecuali dari dirinya sendiri. Cinta tidak memiliki ataupun dimiliki, karena cinta telah cukup untuk cinta. Dan juga jangan mengira, bahwa engkau dapat menentukan arah jalannya cinta, karena cinta, apabila telah memilihmu, dia akan menentukan perjalanan hidupmu. (Sang Nabi-Gibran)




Aku dan Dina saling berebut bola basket, sedangkan Ifa...... ketakutan karena bola basket akan mengenainya. Pastinya sakit banget eo.

Poto-poto jadul di Gunung Mbolo. 
Pemandangan yang sangat menawan, tapi sayangnya aku ndak ikut nereka, tapi tak apalah.... :(

Lomba Bakti Praja III
Pulang membawa Piala, Juara 2 dalam kompetisi mading.
SMA 1 GONDANG JAYA.....
Kami bersorak, "ORICSAGATA"
MANTAP
JAYA
LUAR BIASA :D
--

Kamis, 22 April 2010

Emas dan permata

Beberapa waktu yang lalu, di Mesir hidup seorang sufi tersohor bernama Zun-Nun.
Seorang pemuda mendatanginya dan bertanya, “Guru, saya tak mengerti mengapa orang seperti anda mesti berpakaian apa adanya, amat sangat sederhana. Bukankah di masa seperti ini berpakaian sebaik-baiknya amat perlu, bukan hanya untuk penampilan namun juga untuk banyak tujuan lain.”
Sang sufi hanya tersenyum; ia lalu melepaskan cincin dari salah satu jarinya, lalu berkata, “Sobat muda, akan kujawab pertanyaanmu, tetapi lebih dahulu lakukan satu hal untukku. Ambillah cincin ini dan bawalah ke pasar di seberang sana. Bisakah kamu menjualnya seharga satu keping emas?”
Melihat cincin Zun-Nun yang kotor, pemuda tadi merasa ragu, “Satu keping emas? Saya tidak yakin cincin ini bisa dijual seharga itu.”
“Cobalah dulu, sobat muda. Siapa tahu kamu berhasil.”
Pemuda itu pun bergegas ke pasar. Ia menawarkan cincin itu kepada pedagang kain, pedagang sayur, penjual daging dan ikan, serta kepada yang lainnya. Ternyata, tak seorang pun berani membeli seharga satu keping emas. Mereka menawarnya hanya satu keping perak. Tentu saja, pemuda itu tak berani menjualnya dengan harga satu keping perak. Ia kembali ke padepokan Zun-Nun dan melapor, “Guru, tak seorang pun berani menawar lebih dari satu keping perak.”
Zun-Nun, sambil tetap tersenyum arif, berkata, “Sekarang pergilah kamu ke toko emas di belakang jalan ini. Coba perlihatkan kepada pemilik toko atau tukang emas di sana. Jangan buka harga, dengarkan saja bagaimana ia memberikan penilaian.”
Pemuda itu pun pergi ke toko emas yang dimaksud. Ia kembali kepada Zun-Nun dengan raut wajah yang lain. Ia kemudian melapor, “Guru, ternyata para pedagang di pasar tidak tahu nilai sesungguhnya dari cincin ini. Pedagang emas menawarnya dengan harga seribu keping emas. Rupanya nilai cincin ini seribu kali lebih tinggi daripada yang ditawar oleh para pedagang di pasar.”
Zun-Nun tersenyum simpul sambil berujar lirih, “Itulah jawaban atas pertanyaanmu tadi sobat muda. Seseorang tak bisa dinilai dari pakaiannya. Hanya “para pedagang sayur, ikan dan daging di pasar” yang menilai demikian. Namun tidak bagi ‘pedagang emas’. Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya bisa dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat ke kedalaman jiwa. Diperlukan kearifan untuk menjenguknya. Dan itu butuh proses wahai sobat mudaku. Kita tak bisa menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita dengar dan lihat sekilas. Seringkali yang disangka emas ternyata loyang dan yang kita lihat sebagai loyang ternyata emas.”
Note :
Jalani hidup dengan bijaksana dan selalu melihat sesuatu positif.

Antara Burung, Cacing, dan Manusia… Oktober 27, 2007

Posted by safruddin in Artikel Motivasi.
5 comments
Bila kita sedang mengalami kesulitan hidup karena himpitan kebutuhan materi, maka cobalah kita ingat pada burung dan cacing.
Kita lihat burung tiap pagi keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Tidak terbayang sebelumnya kemana dan dimana ia harus mencari makanan yang diperlukan. Karena itu kadangkala sore hari ia pulang dengan perut kenyang dan bisa membawa makanan buat keluarganya, tapi kadang makanan itu cuma cukup buat keluarganya, sementara ia harus “puasa”. Bahkan seringkali ia pulang tanpa membawa apa-apa buat keluarganya sehingga ia dan keluarganya harus “berpuasa”. Meskipun burung lebih sering mengalami kekurangan makanan karena tidak punya “kantor” yang tetap, apalagi setelah lahannya banyak yang diserobot manusia, namun yang jelas kita tidak pernah melihat ada burung yang berusaha untuk bunuh diri.
Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba-tiba menukik membenturkan kepalanya ke batu cadas. Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba-tiba menenggelamkan diri ke sungai. Kita tidak pernah melihat ada burung yang memilih meminum racun untuk mengakhiri penderitaannya. Kita lihat burung tetap optimis akan rizki yang dijanjikan Allah.
Kita lihat, walaupun kelaparan, tiap pagi ia tetap berkicau dengan merdunya. Tampaknya burung menyadari benar bahwa demikianlah hidup, suatu waktu berada diatas dan dilain waktu terhempas ke bawah. Suatu waktu kelebihan dan di lain waktu kekurangan. Suatu waktu kekenyangan dan dilain waktu kelaparan.
Sekarang marilah kita lihat hewan yang lebih lemah dari burung, yaitu cacing.
Kalau kita perhatikan, binatang ini seolah-olah tidak mempunyai sarana yang layak untuk survive atau bertahan hidup. Ia tidak mempunyai kaki, tangan, tanduk atau bahkan mungkin ia juga tidak mempunyai mata dan telinga. Tetapi ia adalah makhluk hidup juga dan, sama dengan makhluk hidup lainnya, ia mempunyai perut yang apabila tidak diisi maka ia akan mati. Tapi kita lihat, dengan segala keterbatasannya, cacing tidak pernah putus asa dan frustasi untuk mencari rizki. Tidak pernah kita menyaksikan cacing yang membentur-benturkan kepalanya ke batu.

Sekarang kita lihat manusia. Kalau kita bandingkan dengan burung atau cacing, maka sarana yang dimiliki manusia untuk mencari nafkah jauh lebih canggih.
Tetapi kenapa manusia yang dibekali banyak kelebihan ini seringkali kalah dari burung atau cacing?
Mengapa manusia banyak yang putus asa lalu bunuh diri menghadapi kesulitan yang dihadapi?
Padahal rasa-rasanya belum pernah kita lihat cacing yang berusaha bunuh diri karena putus asa.
Rupa-rupanya kita perlu banyak belajar dari burung dan cacing.

Sumber : Kiriman teman…

Batu Besar… Oktober 27, 2007

Posted by safruddin in Artikel Motivasi.
5 comments
Suatu hari seorang dosen sedang memberi kuliah tentang manajemen waktu pada para mahasiswa MBA.
Dengan penuh semangat ia berdiri depan kelas dan berkata, “Okay, sekarang waktunya untuk quiz.”
Kemudian ia mengeluarkan sebuah ember kosong dan meletakkannya di meja. Kemudian ia mengisi ember tersebut dengan batu sebesar sekepalan tangan. Ia mengisi terus hingga tidak ada lagi batu yang cukup untuk dimasukkan ke dalam ember.
Ia bertanya pada kelas, “Menurut kalian, apakah ember ini telah penuh?”
Semua mahasiswa serentak berkata, “Ya!”
Dosen bertanya kembali, “Sungguhkah demikian?”
Kemudian, dari dalam meja ia mengeluarkan sekantung kerikil kecil. Ia menuangkan kerikil-kerikil itu ke dalam ember lalu mengocok-ngocok ember itu sehingga kerikil-kerikil itu turun ke bawah mengisi celah-celah kosong di antara batu-batu.
Kemudian, sekali lagi ia bertanya pada kelas, “Nah, apakah sekarang ember ini sudah penuh?”
Kali ini para mahasiswa terdiam. Seseorang menjawab, “Mungkin tidak.”
“Bagus sekali,” sahut dosen.
Kemudian ia mengeluarkan sekantung pasir dan menuangkannya ke dalam ember. Pasir itu berjatuhan mengisi celah-celah kosong antara batu dan kerikil.
Sekali lagi, ia bertanya pada kelas, “Baiklah, apakah sekarang ember ini sudah penuh?”
“Belum!” sahut seluruh kelas.
Sekali lagi ia berkata, “Bagus. Bagus sekali.”
Kemudian ia meraih sebotol air dan mulai menuangkan airnya ke dalam ember sampai ke bibir ember.
Lalu ia menoleh ke kelas dan bertanya, “Tahukah kalian apa maksud illustrasi ini?”
Seorang mahasiswa dengan semangat mengacungkan jari dan berkata, “Maksudnya adalah, tak peduli seberapa padat jadwal kita, bila kita mau berusaha sekuat tenaga maka pasti kita bisa mengerjakannya.”
“Oh, bukan,” sahut dosen, “Bukan itu maksudnya. Kenyataan dari illustrasi mengajarkan pada kita bahwa:
 
Bila anda tidak memasukkan batu besar terlebih dahulu, maka anda tidak akan bisa memasukkan semuanya.”
Apa yang dimaksud dengan “batu besar” dalam hidup anda?

  • Anak-anak anda
  • Pasangan anda
  • Pendidikan anda
  • Hal-hal yang penting dalam hidup anda
  • Mengajarkan sesuatu pada orang lain
  • Melakukan pekerjaan yang kau cintai
  • Waktu untuk diri sendiri
  • Kesehatan anda
  • Teman anda
Ingatlah untuk selalu memasukkan “Batu Besar” pertama kali atau anda akan kehilangan semuanya. Bila anda mengisinya dengan hal-hal kecil terlebih dahulu, maka hidup anda akan penuh dengan hal-hal kecil yang merisaukan dan ini semestinya tidak perlu. Karena dengan demikian anda tidak akan pernah memiliki waktu yang sesungguhnya anda perlukan untuk hal-hal besar dan penting.
Oleh karena itu, tanyalah pada diri anda sendiri: “Apakah ‘Batu Besar’ dalam hidup saya?” Lalu kerjakan itu pertama kali.
Note :
Niat baik janganlah ditunda, lakukan semua menurut prioritasnya dahulu.






















tak ada yg sempurna

Tidak ada simpanan yang lebih berguna
daripada ilmu.
Tidak ada sesuatu yang lebih beruntung daripada adab.
Tidak ada kawan yang lebih bagus daripada akal.
Tidak ada benda ghaib yang lebih dekat daripada maut.